MAKALAH
Ketrampilan Berbahasa & Sastra Indonesia
DosenPengampu
:
Endang Pujihastuti, S.Pd,
M.Pd
Di
Susunoleh :
NurAuliaKurnia (15141200)
FarisyAqimudin
(15141204)
Yuliana Ririn
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
IKIP
PGRI MADIUN
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang.
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/
tulisan (Tarigan, 1979: 7). Dalam membaca kita dapat mengenal empat
jenis membaca, yaitu membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca telaah
isi dan membaca telaah bahasa. Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi
pembahasan masalah yaitu telaah isi dan telaah bahasa.
B. Rumusan Masalah.
Dalam penulisan makalah mengenai Membaca Telaah Isi dan Membaca Telaah Bahasa
bila kita tidak menentukan patokan-patokan yang jelas mengenai hal-hal yang
akan kita bahas tentunya kita akan memperoleh kesulitan dalam mengembangkan
makalah ini. Mengingat adanya keterbatasan dalam kemampuan penulis dan demi
terarahnya penulisan makalah maka penulis membatasi permasalahan pada hal-hal:
1.
Membaca Telaah Isi.
a. Apa yang dimaksud dengan membaca teliti?
b. Apa yang dimaksud dengan membaca pemahaman?
c. Apa yang dimaksud dengan membaca kritis?
d. Apa yang dimaksud dengan membaca ide?
2.
Membaca Telaah Bahasa.
a. Apa yang dimaksud dengan membaca bahasa?
b. Apa
yang di maksud dengan membaca sastra?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca
teliti ?
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca
pemahaman ?
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca
kritis ?
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca
ide ?
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca
bahasa?
6. Mengetahui apa yang dimaksud
dengan membaca sastra ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Membaca Telaah Isi.
Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketelitian,
pemahaman, kekeritisan berfikir, dan keterampilan menangkap ide-ide yang
tersirat dalam bahan bacaan yang kita baca, dikarenakan dalam kita menelaah isi
bacaan kita tidak hanya sekedar membaca tetapi harus dapat mengambil maksud dan
tujuan dari teks bacaan tersebut. Membaca telaah isi dapat dibagi atas :
1. Membaca teliti
2. Membaca pemahaman
3. Membaca kritis
4.
Membaca ide.
1. Membaca
Teliti.
Membaca
teliti merupakan suatu kegiatan yang sama pentingnya dengan membaca sekilas
sering kali kita perlu membaca dengan teliti bahan-bahan bacaan yang kita
sukai. Dalam kegiatan membaca teliti ini dituntut suatu pemutaran atau
pembalikan pendidikan yang menyeluruh. Membaca teliti memerlukan keterampilan,
antara lain :
· Survei yang cepat untuk memperhatikan/melihat
organisasi dan pendekatan umum.
· Membaca secara seksama dan membaca ulang
paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat judul dan perincian-perincian
penting.
· Menemukan hubungan antara setiap paragraf
dengan keseluruhan tulisan atau artikel.
a.
Membaca paragraf dalam pengertian.
Paragraf
yang tertulis rapi biasanya mengandung sebuah pikiran pokok (central thought).
Pokok pikiran terkadang dapat kita ekspresikan dalam suatu kalimat judul (topic
sentence) pada awal paragraf. Tetapi ada pula pokok pikiran yang dinyatakan
dalam dua atau tiga kalimat. Oleh karena itu kita perlu melatih diri mengenal
pokok pikiran dalam paragraf serta melihat bagaimana caranya paragraf
mengembangkan pikiran tersebut.
Beberapa
cara yang bisa digunakan untuk mengembangkan pokok pikiran suatu
paragraf, yaitu :
a) Dengan mengemukakan alasan-alasan tertentu yang
terdapat dalam paragraf tersebut
b) Dengan mengutarakan perincian-perincian
c) Dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh
d) Dengan memperbandingkan atau mempertentangkan dua hal
Dalam pengembangan pokok pikiran dalam suatu
paragraf yang harus diperhatikan adalah walaupun kebanyakan paragraf tidak
tersusun sesuai dengan contoh, namun semua paragraf yang baik memiliki suatu
organisasi yang dapat dikenal.
2. Membaca
Pilihan yang Lebih Panjang
Apabila kita sudah bisa membaca suatu paragraf
dengan tepat, kita tidak akan menghadapi kesulitan dalam menghubungkan bab atau
artikel yang memuat paragraf tersebut. Seperti juga halnya kalimat-kalimat yang
mengembangkan pokok pikiran suatu paragraf, suatu paragraf pun turut menunjang
dalam pengembangan pokok pikiran keseluruhan bab atau artikel.
3. Membuat
Catatan.
Sebagai tambahan terhadap nilai catatan-catatan itu sendiri,
proses actual pembuatan catatan membantu kita dalam beberapa hal antara
lain :
a)
Menolong kita memahami apa yang kita baca atau apa- apa yang kita dengar
b)
Membuat kita terus-menerus mencari fakta-fakta dan ide-ide yang penting
c)
Membantu ingatan kita.
Catatan yang dibuat bisa berdasarkan bacaan
yang kita baca ataupun berdasarkan penjelasan atau paparan yang kita dengar.
4. Dalam
Kelas
Apabila kita sedang
dalam lingkungan kelas ada halnya infornasi yang disampaikan oleh pendidik
tidak ada dalam buku, maka hal yang harus kita lakukan adalah dengan cara
mencatat hal-hal penting yang kita perlukan. Hal-hal yang dapat menolong kita
dalam membuat catatan yang bermanfaat :
a.
Catatlah butir-butir yang penting beserta
hal-hal yang turut menjelaskan serta menunjangnya.
b.
Dengarkanlah benar-benar isyarat yang
diberikan oleh guru bahwa yang diberikannya itu penting.
c.
Usahakan untuk memperoleh bahan dari siapa
saja.
d.
Periksalah kembali yang telah anda catat untuk
mencegah kelupaan.
5. Menelaah
Tugas
Agar siswa bisa lebih memahami apa saja yang
disampaikan pendidik serta menyelesaikan tugas dengan baik, maka perlu
dibiasakan belajar dengan cara SQ3R yaitu Survey, Question, Read, Recite,
Review. Apabila kita mempraktikan metode ini maka kita bisa menyelesaikan tugas
dalam waktu yang singkat dan juga bisa memperoleh hasil yang baik. Berikut ini
penjelasan mengenai metode SQ3R :
a) Survey ( Penelitian Pendahuluan ).
Hal yang
bisa kita lakukan yaitu dengan cara memeriksa keseluruhan judul-judul, sub
judul, bab utama. Tidak lupa juga perhatikan organisasi bab tersebut. Baca
secara sekilas paragraph pertama.
b) Question ( Tanya )
Apabila
kita membaca untuk bisa memperoleh jawaban dari pertanyaan yang sudah kita
punyai biasanya kita akan lebih teliti serta berhati-hati dalam membaca baik
itu kalimat maupun kata oleh sebab itu siapkanlah beberapa pertanyaan sebelum
kita akan membaca.
c) Read ( Baca )
c) Read ( Baca )
Bacalah paragraph demi paragraph dengan
seksama, karena setiap paragraph memiliki pokok pikiran yang bisa kita perileh
dengan cara-cara yang sudah kita jelaskan sebelumnya.
d) Recite ( Ceritakanlah Kembali dengan Kata –
kata Sendiri)
Apabila
kita sudah membaca dengan teliti maka ingatlah kembali isi bacaan yang kita
baca kemudian, ingtlah bab-sub bab yang terpenting atau juga kata kunci dari
hal-hal yang terpenting kemudian bila kita sudah bisa memahaminya cobalah
menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata-kata kita sendiri berdasarkan atas
apa yang sudah kita baca dan pahami.
e) Review ( Tinjau Kembali )
Periksa kembali bahan yang sudah kita baca
dengan cara meluhat judul, gambar, diagram tinjau kembali pertanyaan, dan
saran-saran studi lainnya.
1.2.2 Membaca Pemahaman
1.2.2 Membaca Pemahaman
Membaca
pemahaman atau ( reading for understanding ) adalah sejenis membaca yang
bertujuan hal-hal sebagai berikut :
1.Standar-standar atau norma-norma kesastraan
Penulis
kreatif dalam bidang fiksi, drama, puisi, biografi dll. Memiliki beberapa
pengalaman hidup yang hendak disampaikan kepada pembacanya.
2. Resensi kritis
2. Resensi kritis
Ditinjau
dari segi batas kemampuan kita sebagai manusia, tidaklah mungkin membaca semua
buku dan artikel yang baik setiap harinya. Agar bisa tetap memperoleh informasi
tentang apa yang dipikirkan serta yang ditulis dalam kehidupan orang-orang
besar, maka seseorang dapat membaca resensi-resensi kritis mengenai fiksi
maupun non fiksi.
3. Drama tulis
Ada dua
cara untuk menikmati sandiwara/ drama. Yang pertama dalam tingkatan aksi
primitive, disini penonton mengalami getaran ketegangan, kekejaman yang
diperankan. Media visualnya adalah komik-strip, gambar hidup, dan film di
televisi.
Yang kedua tingkat individual yang bersifat
interpretatif, yang pembacanya dapat menarik kesimpulan, memvisualisasikan
tokoh, serta memproyeksikan akibat –akibat. Sikap kritis yang logis terhadap
drama antara lain:
a. Prinsip-prinsip kritik drama
Seorang dramawan Jerman yang bernama Goethe
memformulasikan tiga prinsip drama yang biasa disebut “Prinsip Goethe” yaitu:
I.
Apakah yang hendak dilakukan seorang seniman?
II.
Betapa baikkah dia melakukan hal itu?
III.
Bermanfaatkah hal itu di lakukan?
b.
Unsur-unsur drama
Unsur-unsur yang membentuk suatu bagian setiap
lakon yang baik meliputi:
1.
Plot
Bagian plot dalam drama yaitu eksposisi,
komplikasi, dan resolusi.
2. Karakterisasi
Beberapa tokoh beserta fungsinya dalam lakon yaitu:
a. Tokoh gagal, tokoh badut, atau the foil.
Berfungsi sebagai tukang badut, yang secara incidental bertindak sebagai badut.
b. Tokoh idaman atau type character. Tokoh ini
lebih cepat dikenal. Tokoh idaman membuat tokoh individual semakin lebih hebat
dan semakin luar biasa.
c. Tokoh statis atau the ststic
character. Tokoh ini tidak ada mengalami perubahan mulai dari awal sampai akhir
lakon.
d. Tokoh yang
berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan di dalam lakon.
3. Dialog
Dialog mempunyai dua tuntutan yang harus di
penuhi, yaitu:
1. Dialog harus dapat menunjang aksi.
2. Dialog yang
diucapkan saat pementasan harus di tambah-tambahi dan di lebih-lebihkan.
4. Aneka sarana kesastraan
Sarana kesastraan yang dapat menunjang kesuksesan suatu drama
diantaranya adalah:
1. Gaya bahasa ulangan
2. Gaya bahasa dan suasana yang serasi
3. Simbolisme atau perlambangan
4. Empati serta jarak
estetik
5. Jenis-jenis drama
Ada empat jenis lakon , yaitu:
1. Tragedi
Tragedi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
· Sebuah
lakon yang sedih.
· Pelaku
utama memiliki sifat kepahlawanan yang gagah berani.
· Tidak
ada kepercayaan besar yang diletakkan pada kejadian yang murni, apa yang akan
terjadi haruslah terjadi.
· Rasa
kasihan dan takut merupakan emosi dasar.
2. Komedi
Komedi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
v Lakon ini mengenai
suatu subyek yang serius.
v Lakon ini mengenai
peristiwa yang kemungkinan besar akan terjadi.
v Sesuatu yang terjadi
muncul dari tokoh bukan dari situasi.
v Lakon ini
menimbulkan gelak tawa.
3. Melodrama
Melodrama mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Menampilkan suatu subyek yang serius.
b) Unsur kejadian yang kebetulan ada masuk
kedalamnya.
c) Emosi atau rasa kasihan memang harus
ditimbulkan.
d) Seorang pahlawan harus
memenangkan perjuangannya.
4. Farce
Farce mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Peristiwa dan tokoh dalam lakon ini memang ada,
tetapi tidak besar kemungkinannya.
2) Menimbulkan kelucuan yang tidak karuan.
3) Bersifat episodik
4) Segala yang terjadi timbul dari situasi
4. Pola-pola fiksi
a. Pengertian fiksi
Fiksi merupakan penyajian atau presentasi
seorang pengarang memandang hidup.Penulis mempunyai ide-ide mengenai kehidupan,
sekalipun dia mungkin tidak pernah bersusah payah menyatakan ide-ide tersebut
pada dirinya sendiri dalam istilah-istilah umum.
b. Fiksi dan Nonfiksi
Perbedaan yang utama yang membedakan antara
fiksi dengan non fiksi terletak pada tujuan. Maksud dan tujuan pada narasi yang
non-fiksi, seperti sejarah, biografi, berita dll. Adalah untuk menciptakan
kembali apa yang telah terjadi secara actual. Atau kita juga bisa mengatakan
bahwa cerita non fiksi bersifat aktualis sedangkan cerita fiksi bersifat
realitas.
c. Unsur-unsur Fiksi
Dalam penulisan sebuah fiksi, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip teknis sebagai berikut :
1) Permulaan dan eksposisi
2) Pemerian dan latar
3) Suasana
4) Pilihan dan saran
5) Saat penting
6) Puncak, klimaks
7) Pertentangan, konflik
8) Rintangan, komplikasi
9) Pola atau model
10) Kesudahan
11) Tokoh dan aksi
12) Pusat minat
13) Pusat
tokoh
14) Pusat narasi
15) Jarak
16) Skala
17) Langkah
d. Jenis- Jenis Fiksi
Fiksi diklasifikasikan berdasarkan
:
1) Berdasarkan bentuk
1) Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuknya, fiksi dapat dibagi atas 5 golongan, yaitu:
a) Novel istilah kita roman, dari bahasa Belanda.
b) Novelette (istilah kita novel, dari bahasa
Belanda “novella” yang pada gilirannya berasal dari bahasa Prancis
“nouvelle” yang berarti hal yang baru.
c) Short story (bahasa kita adalah cerita
pendek).
d) Short short story (dinamakan cerita singkat).
e) Vignette (dinamakan begitu karena sangat
singkat, dalam bahasa Prancis vignette berarti gambar kecil untuk hiasan).
(Notosusanto; 1957: 29).
2) Berdasarkan isi
Berdasarkan isi,
fiksi terbagi 8 jenis, yaitu:
Ø Impresionisme
Berarti pemberian kesan kesan panca indra dengan tidak merupakan
sesuatu bentuk yang tertentu.
Ø Romantik
Adalah cara mengarang yang mengidealisasikan penghidupan dan
pengalaman manusia.
Ø Realisme
Berarti cara menulis yang memperhatikan manifestasi jasmani yang
tampak dari luar.
Ø Sosialis-realisme
Adalah cara melukis kehiduapan yang materialistis dan dangkal
berdasarkan dogma.
Ø Realisme sebenarnya
Adalah cara menulis yang menunjukkan pemandangan kesatuan yang utuh.
Ø Naturalisme
Suatu cara menulis yang melukiskan dengan cermat dan teliti yang dapat
dilihat, dirasa oleh panca indra.
Ø Ekspresionisme
Semua menyembur keluar dari dalam diri pengarang sendiri.
Ø Simbolisme
Sebuah
benda atau sesuatu yang kongkrit. (Tarigan; 1978b : 49-53).
3) Berdasarkan kritik sastra
I. Novel yang menuntut kritik sastra yang serius.
a. Novel-novel yang baik
b. Novel-novel yang mungkin saja baik
II. Novel-novel yang berada dibawah taraf kritik
sastra yang serius.
1. Taraf sedang
2.
Taraf rendah
e.Pertanyaan-pertanyaan pembimbing meresensi
fiksi
A. Tema
B. Point of view
C. Tokoh
D. Plot
E. Bahasa
5. Membaca kritis
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana,
penuh tenggang hati , mendalam evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya untuk
mencari kesalahan.
(Albert
[ et al] 1961b : 1).
Pada umumnya membaca kritis menuntut pembaca agar mereka:
a) Memahami maksud penulis.
b) Memahami organisasi dasar tulisan.
c) Dapat menilai penyajian penulis.
d) Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis
bacaan.
e) Meningkatkan minat baca.
f) Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan
bacaan.
g) Membaca majalah atau publikasi-publikasi
periodik dengan serius.
A.
MEMBACA TELAAH BAHASA.
Pada hakekatnya segala sesuatu yang kongkrit terdiri atas bentuk dan isi atas
jasmani dan rohani. Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah dan bahasa
sebagai yang bersifat jasmaniah. Keduanya merupakan dwi tunggal yang
utuh. Isi dan bacaan merupakan bacaan yang mencerminkan keindahan serta
kemanunggalannya.
Membaca telaah bahasa mencakup:
a) Membaca bahasa (asing) atau (foreign) language
reading.
b) Membaca sastra (literary reading).
1. Membaca Bahasa
Tujuan utama membca bahasa adalah:
1)
Memperbesar daya kata (increasing word power).
2)
Mengembangkan kosa kata (developing
vocabulary).
Setiap orang
mempunyai dua jenis umum daya kata. Yang pertama digunakan dalam berbicara dan
menulis. Yang kedua digunakan dalam membaca dan menyimak.
I.
Memperbesar daya kata
Kegiatan
membaca bahasa demi memperbesar daya kata, ada beberapa hal yang harus
kita ketahui, yaitu:
a.
Ragam-ragam bahasa
Ragam bahasa dapat dibedakan menjadi 5 bagian,
yaitu:
Bahasa
formal atau bahasa resmi, yaitu bahasa yang dipakai pada saat resmi, misalnya
pidato kenegaraan dan tajuk rencana di Koran terkenal.
·
Bahasa informal atau bahasa tidak resmi, yaitu
bahasa yang dipakai pada situasi yang tidak resmi, misalnya bahasa yang kita
gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
·
Bahasa percakapan atau colloquial language,
yaitu bahasa yang umum dipakai dalam percakapan atau bahasa yang dipakai
semenjak kecil.
·
Bahasa kasar atau vulgar language, yaitu
bahasa yang tidak baku atau bahasa orang yang buta huruf. Vulgar mengarah
kepada ketidaksenonohan yang kasar.
·
Bahasa slang, yaitu bahasa yang ditujukan pada
kelompok-kelompok khusus serta terbatas.
·
Bahasa teknis atau technical language, yaitu
bahasa yang pada profesi tertentu, seperti dokter, hakim, dan insinyur. (Albert
[et al] ; 1961a: 58-59; Barrett; 1956 : 2021 : Moore, 1960: 210-212; Perrin,
1968: 18-19).
b.
Mempelajari makna kata dari konteks
Untuk memiliki kosa kata yang efektif, kita harus membuat suatu upaya untuk
memperoleh kata yang baru untuk menempati wadah kata-kata yang harus kita
buang. Ada dua cara, yaitu melalui pengalaman dan melalui membaca.
Makna kata dapat kita pelajari melalui pengalaman. Semakin banyak pengalaman
yang kita miliki, maka semakin banyak pulalah kosakata kita. Kosa kata ini
dapat kita peroleh dari tempat-tempat baru yang kita kunjungi, tugas-tugas baru
yang kita kerjakan, teman setra kenalan baru yang kita paroleh, semua itu
membantu kita untuk memperluas dan memperkaya
Yang kedua adalah mempelajari makna kata dari bacaan. Cara yang terbaik untuk
memperoleh kata-kata baru adalah melalui bacaan yang kita baca. Secara tidak
langsung sadar atau tidak sadar kita membaca sepanjang waktu, seperti membaca
novel, buku pegangan, cerita pendek, membaca tanda-tanda, iklan dalam bus, di
toko, di jalan, membaca cerita berita, artikel, majalah, dan data-data olahraga.
Kita dapa membaca aneka ragam hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Bagian lisan atau tulisan tempat sebuah kata muncul disebut konteks, atau
hubungan kata-kata. Ada beberapa cara, konteks dapat mencerminkan makna suatu
kata, yaitu:
a)
Konteks dapat membatasi kata. Cara yang paling jelas dan nyata untuk
mencerminkan makna adalah dengan definisi atau batasan yang ikhlas dan
langsung. Setiap penulis akan berusaha membatasi istilah-istilah yang dipakai
dalam tulisannya.
b)
Konteks dapat memasukkan suatu perbandingan
atau pertentangan, suatu komparasi atau kontras,yang dapat menolong kita
memahami makna kata.
c)
Suasana (mood atau sence) bagian keseluruhan dapat mencerminkan makna kata.
Suatu prinsip umum yang selalu harus diingat dan disadari yaitu: kita tidak
akan pernah memperoleh segala makna dari satu konteks.
c.
Bagian-bagian kata
Sebagai
tambahan dalam penggunaan petunjuk-petunjuk konteks menentukan makna suatu kata
baru, kita dapat memperhitungkan maknanya dari pengetahuan mengenai
bagian-bagian kata. Banyak, tetapi tidak semua, kata yang terdiri atas
bagian-bagian berikut ini:
I.
Prefiks (atau awalan)
II.
Root (akar atau dasar kata)
III.
Suffiks (atau akhiran)
IV.
Infiks (atau sisipan).
d.
Penggunaan kamus
Buku
sumber terbesar dari segalanya, yaitu kamus,dalam pengembangan suatu kosa kata
yang ekstensif. Kamus adalah rekaman kata-kata yang membangun sesuatu bahasa.
Sedangkan bahasa adalah suatu yang hidup, tumbuh, berkembang, dan berubah. Oleh
karena itu, kalau ingin mengetahui kata-kata yang dipergunakan oleh para
pembicara dan penulis terkenal dalam suatu Negara, maka kamus lah yang
merupakan rekaman yang terbaik, catatan atau dokumen yang terbaik. Dari kamus
kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.
e.
Aneka makna
Kita tahu
bahwa kamus adalah suatu sumber yang penting bagi pemerolehan kata-kata baru.
Namun masi ada sumber daya kata tersembunyi lainnya, yaitu telaah makna-makna
varian yang beraneka ragam.
Kita harus paham tentang hamonim yaitu kata yang sama bentuk bunyinya, tetapi
berbeda makna.
Contoh:
Kukur I “alat
pemarut”
Kukur II “bunyi balam
atau burung tekukur”.
Tanjung
I
“sejenis bunga”
Tanjung
II “tanah yang menjorok ke laut”.
Penggunaan kata yang tepat,
yaitu kata yang benar-benar sesuai dalam kalimat, menuntut kecermatan yang
bijaksana dari pembaca. Waktu tambahan yang digunakan untuk mencari kata yang
tepat dan terasa dalam sesuatu konteks akan memegang peran penting
padapenggunaan bahasa yang lebih efektif.
f. Idiom
Kelompok
kata-kata disebut idiom. Idiom adalah kelompok kata-kata yang mengandung makna
khusus. Idiom merupakan ekspresi yang tidak dapat dimengerti dari makna
terpisah, makna sendiri-sendiri dalam kelompok itu. Kata-kata itu harus di
perlakukan “sebagai suatu keseluruhan”.
Buah
baju
“kacing”
Buah tangan
“oleh-oleh”
Buah pikiran
“pendapat”
Buah
pena
“karangan”
Buah
hati
“kekasih”
(Badudu; 1975: 51-52).
g. Sinonim
dan antonim
Kita perlu mengetahui cara menggunakan sinonim dan antonim dalam berbicara dan
mrnulis, dan memahaminya dalam kegiatan membaca.
Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna umum yang sama atau bersamaan
(Barret: 1956: 302), tetapi berbeda dalam notasi atau nilai kata (Perrin; 1968:
348).
Mati “meninggal dunia
“wafat”
“mampus”
“menutup mata untuk selama-lamanya”
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya (Albert [et al]; 1961a: 81).
Contoh antonim:
Kaya –
miskin
Pintar –
tolol
Cantik –
jelek.
h. Konotasi
Konotasi atau nilai kata ini cenderung menyentuh hati kita secara mendalam dan
membangkitkan arus-arus dalam yang terpendam yang kadang mempesona kita dengan
kejutan. Konotasi suatu kata adalah asosiasi yang ditimbulkannya dalam hati
kita. (Albert [et al] ; 1961a: 83).
Tidak semua kata memiliki daya-daya konotatif; misalnya artikel, konjungsi,
preposisi.
Secara umum terdapat dua jenis konotasi, yaitu konotasi pribadi (atau personal
connotations) dan konotasi umum (atau general connotations). Konotasi pribadi
adalah hasil dari pengalaman pribadi seseorang. Konotasi umum adalah hasil dari
pengalaman orang-orang sebagai suatu kelompok sosial. Semua konotasi berakar
pada konotasi pribadi. (Montgomery & Sutherland; 1962: 9-11).
Setiap kata mempunyai arti pusat dan arti tambahan; mempunyai denotasi dan
konotasi. Denotasi mengacu pada batasan harfiah pada sesuatu kata, kepada makna
yang disepakati oleh kebanyakan orang.
i. Derivasi kata
Telaah mengenai asal usul kata atau derivasi kata, bukan hanya merupakan
sesuatu yang bermanfaat tetapi juga sangat menarik hati.
Jika ingin memperkaya kosa kata kita serta meningkatan daya kata maka
pengetahuan mengenai derivasi atau asal usul kata sangat penting.
II. Mengembangkan kosa kata kritik
Dalam upaya mengembangkan kosa kata
kritik, perlu kita ketahui beberapa hal, yaitu:
a) Bahasa
kritik sastra
Ada dua fakta yang
sangat penting mengenai kata-kata:
i. Kebanyakan kata dalam pemakaian umum
mengandung lebih dari satu makna.
ii. Kita tidak akan pernah memperoleh segala makna
dari sesuatu kata dalam setiap pertemuan dengannya.
Ada kata-kata yang mengekspresikan kemurahan hati, ketidak setujuan, ketidakacuhan,
atau ketidakpastian dengan tepat dan jelas. Semua itu merupakan alat atau
sarana berpikir jelas dan tepat. Mempelajari kata-kata tersebut dengan maksud
agar kita dapat mempergunakannya secara tepat berarti membuka semua dunia baru
tempat intelegensi kita dapat beroperasi. Dan ini semua merupakan modal yang
sangat berharga untuk memahami bahan bacaan. (Albert [et al] ; 1961c: 29-31).
b) Memetik
makna dari konteks
Contoh:
(i) Anak itu semenjak lahir sudah bisu. (bisu “tidak dapat bicara”).
(ii) Waktu ditanya oleh polisi , pencuri itu bisu seribu kata (bisu
“diam”).
(iii)Lebih baik membisukan diri daripada mengucapkan kata-kata makian.
(membisukan diri “menahan diri”; berdiam berdiam diri”).
Ketiga kalimat diatas mengilustrasikan
kenyataan bahwa ragam-ragam makna dalam suatu kata tidak pernah tercerminkan
dalam satu bagian tertentu. Baiklah kita singgung dulu tiga jenis makna, yaitu:
1. Makna yang bersifat menunjukkan (designative meaning) adalah jumlah
karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapkan
padanya.
2. Makna konotatif (connotative meaning) adalah segala sesuatu yang
disarankan , yang diajurkan oleh kata itu.
3. Makna denotatife (denotative meaning) adalah sesuatu atau segala
sesuatu yang dapat di terapi oleh kata tersebut.
c) Petunjuk-petunjuk
konteks
Secara
garis besar, terdapat lima cara konteks mencerminkan makna, yaitu:
I.
Definisi atau batasan. Metode yang paling
jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau definisi pada
saat itu juga.
II. Uraian baru (atau restatement). Kadang-kadang
seseorang penulis menjelaskan suatu istilah atau frase dengan suatu
uraian baru.
III. Mempergunakan pengubah (modifier) dalam suatu
frase atau klausa pengubah, seorang penulis memperkenalkan makna suatu istilah.
IV. Mempergunakan kontras. Seorang penulis membuat
suatu kontras yang bertujuan untuk mempermudahkan pembaca untuk menguraikan
serta menangkap makna sesuatu kata baru.
III. Membaca Sastra
Keindahan
suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan
bentuk dan keindahan isi. Dengan kata lain suatu karya sastra dikatakan indah
kalau baik bentuknya maupun isinya sama- sama indah, terdapat keserasian, keharmonisan
antara keduanya.
1. Bahasa ilmiah dan bahasa sastra
Memperbincangkan
perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya sastra, makna maka
pada dasarnya kita memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam
kegiatan menulis.
Bahasa ilmiah pada umumnya bersifat denotatif;
dan bahasa sastra vpada umumnya bersifat konotatif.
2. Gaya
bahasa
Dalam ke-konotatifan bahasa sastra, yang melibatkan emosi dan nilai – nilai,
maka dalam membaca sesuatu karya sastra haruslah terlebih dahulu dibekali
dengan pengetahuan mengenai gaya bahasa.
Ada
3 Pembicaraan mengenai Gaya Bahasa hal yang Umum Saja, antara lain :
a.
Perbandingan, yang mencakup metafora, kesamaan dan analogi
b.
Hubungan, yang mencakup metonemia dan sinekdok
c. Taraf
pernyataan, yang mencakup hioperbola, litotes, dan ironi.
3. Perbandingan
Gaya bahasa metafora, kesamaan, dan anologi sama–sama membuat komparasi atau
perbandingan tetapi dengan cara yang berbeda–beda.
a.Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat,
tersusun rapi.
b. Kesamaan berbeda dari metafora
dalam hal : kalau metafora menyatakan secara tidak langsung maka gaya bahasa
kesamaan atau persamaan menyatakan serta menegaskan bahwa yang satu sama dengan
yang lain; biasanya mempergunakan kata–kata seperti, sebagai dan sejenisnya.
c. Analogi, agak berlainan
dengan metafora dengan kesamaan, biasanya melihat beberapa titik persamaan,
bukan hanya satu saja.
4. Hubungan
Sinekdohe dan
metonimia termasuk gaya bahasa hubungan relationsip kedua – duanya menggantikan
nama sesuatu dengan yang lainnya ang ada hubungannya.
Metonimia adalah penggunaan satu kata bagi yang lainnya yang
dimaksud:
a. Materi bagi obyek ang
terbuat dari padanya
b. Pencipta atau sumber sesuatu
c. Sesuatu kata yang ada
hubungannya yang erat dengan obek
5. Pernyataan
Hiperbola adalah
sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih – lebihan dengan
maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk meningkatkan
pesan dan pengaruh.
Litotes adalah
kebalikan dari hiperbola, sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
dikecil – kecilkan dari kenyataan yang sebenarnya.
Ironi
adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata
bberbeda, bahkan ada kalanya bertentangan darti apa ang sebenarna dikatakan
itu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perangkuman materi maka
dapat diambil kesimpulan sebadai berikut :
Membaca telaah isi yaitu sesuatu bacaan
menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan, berfikir serta keterampilan
menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahasa bacaan dan memiliki sifat rohani,
sedangkam membaca telaah bahasa memiliki sifat jasmani
4.2. SARAN
Membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa merupakan suatu kegiatan
membaca yang harus dikembangkan dan dibiasakan dalam proses belajar, maupun
proses mengkaji isi bacaan. Oleh sebab itu peningkatan minat membaca teliti
harus di timbuhkan sejak dari usia dini agar bisa mencapai tujuan yang
diinginkan kelak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tarigan, Henry Guntur 1979. Membaca Sebagai Suatu
KeterampilanBerbahasa.Bandung : Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar